Sabtu, 27 Agustus 2016

Begal Intelek

(Sisi lain menyambut hari fitri "Kolusi berkedok THR)

Menjelang Hari Raya Idul Fitri, sebagian banyak orang mulai memenuhi kebutuhan lebaran. Pusat-pusat perbelanjaan pun mulai ramai. Kebutuhan pokok, baju baru, kue lebaran, minuman lebaran sampai perlengkapan lainnya seperti tisu. Untuk memenuhi itu semua, pastinya diperlukan uang lebih, apalagi bagi seorang karyawan. Itu mengapa, ada Tunjangan Hari Raya (THR) bagi mereka karyawan.

Salah Kaprah Soal THR (Tunjangan Hari Raya)
Perihal THR, ketentuannya diatur jelas dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Buruh/Pekerja di Perusahaan. Pengusaha wajib memberi THR Keagamaan kepada pekerja yang telah mempunyai masa kerja satu bulan atau lebih secara terus-menerus. Besarannya, biasanya, satu bulan gaji.

Yang aneh, istilah THR ini digunakan oleh beberapa orang untuk disalahgunakan. Mulai level perumahan, sampai ke kantoran, hingga ke beranda facebook. Saya bahkan mendapatkan kabar tentang sebuah lembaga aktivis lokal yang menyampaikan surat resmi kepada Instansi pemerintah untuk mendapatkan THR. Sebuah tindakan yang salah dan sangat mencoreng profesi aktivis. Menjadi kotoran di pergerakan Bulukumba, tentunya.

Gelar aktivis memang sering bersinggungan dengan instansi pemerintah. Anggapan umum, instansi pemerintah adalah adalah sumber uang. Maka, dijadikanlah title ini untuk mendapatkan yang sesungguhnya bukan haknya si oknum tersebut. Seperti meminta THR.

Seorang aktivis harusnya menjaga idealism dan keobjektifan wacananya. Ia harus menjaga jarak hubungan antara dirinya dengan si narasumber. Hal ini mutlak untuk menjaga supaya produk gerakan yang dihasilkan tidak terjadi konflik kepentingan.

Kabar mencari THR juga ternyata dilakukan oleh organisasi partai politik tertentu dan ormas tertentu. Sudah jelas sebelumnya bahwa THR merupakan hak seorang karyawan/buruh atas perusahaan atau perseorangan yang memperkerjakannya minimal dalam jangka waktu satu bulan. Memberikan THR kepada mereka tidak diwajibkan dan tidak ada ketentuan yang mengatur.

Jika memberatkan, tidak usah memberikan THR. Tetapi memang, dari intansi pemerintah atau instansi tertentu juga terpaksa memberikan THR. Dalihnya, takut terkena imbas buruk atau takut hubungannya memburuk dengan si peminta THR. Kalau mau disadari, inilah satu dari sekian banyak faktor pembentuk lingkaran setan terjadinya perilaku korup.

Menyimak hal ini, ternyata issu begal yang hangat dapat menjadi media untuk meraup THR yang banyak. Dengan konstalasi yang rapi dan mengatasnamakan suara rakyat.

Namun tenang kawan, saya tak akan mengadukanmu ke penegak hukum atau memberitakanmu pada koran lokal. Saya hanya penulis pemula yang menjadikan issu hangat sebagai mediasi dalam segala tulisan-tulisan essai. Saya pun tidak akan melist nama dan lembaga apa saja, tenang... saya tidak seekstreme itu.

Yang saya sayangkan hanya untuk pelaku begal, yang sekarang dikambing hitamkan olehmu yang juga kambing. Saya malah sependapat dengan oknum kepolisian di Bulukumba yang berkata "para pelaku begal itu masih dibawah umur, harus dikasihani"

Bulukumba, jumat 1 juli 2016
Disebuah warkop, berseberangan duduk degan pelaku begal.

Reuni Sekolah, Reuni Hati Dan Kenangan Yang Patah (Pada sudut perulangan kisah dengan makna yang jauh berbeda)

Tepat hari ini pada 20 ramadhan berlanjut, para alumni sepakat untuk mengadakan reuni akbar untuk seluruh angkatan. Sebuah moment yang menyimpan banyak rahasia-rahasia kerinduan dan kenangan yang berlapis kondisi pribadi pada masing-masing hadirin.

Reuni sebuah kata yang sering muncul saat menjelang lebaran.  Ketika membincangkan reuni adalah membincangkan ribuan bahkan jutaan cerita masa lalu. Mengkoleksi cerita lucu, naïf dan romantis pada jaman dulu. Reuni adalah sebuah ajang untuk mengingatkan kembali sebuah cerita, nama bahkan kejadian tentang masa lalu. Tetapi hampir semua orang senang untuk melakukan reuni. Kita rindu teman sebangku, sekelas bahkan seangkatan. Tetapi apa sebenarnya yang kita rindukan dari mereka? Apakah setelah mendengar semua cerita tentang teman masa lalu, akankah kita menjadi manusia yang lebih ber-empati?

Reuni merupakan salah satu cara untuk melakukan silaturahmi dengan orang-orang yang dekat dengan kita di masa lalu. Komunikasi hangat, cerita lucu, cerita lugu bahkan cerita-cerita kenakalan saat muda adalah bumbu utama saat reuni terjadi. Momen-momen cerita itu terkuak begitu saja saat kita bertemu dengan rekan sejawat, mantan kekasih dll. Tak terbendung. Tak tertahankan. Reuni mempertemukan semua kisah lara dan bahagia.

Akan tetapi semakin lama makna atau hakekat reuni bergeser, reuni menjadi ajang kisah sukses seseorang tanpa melihat saudara yang lainnya yang berkekurangan. Reuni telah berubah menjadi pertemuan antar orang-orang “sukses” sementara yang “tidak sukses” merasa terpinggirkan, rendah diri dan minder. Reuni tidak lagi berbicara masa kanak-kanak atau remaja yang lucu dan lugu akan tetapi menjadi ajang pamer diri, unjuk gigi dan pengkultusan terhadap orang-orang tertentu yang dianggap “sukses”.

Sejatinya reuni adalah cerita utuh tentang kita di masa lalu. Serpihan-serpihan cerita apapun bentuknya menjadi bagian dari bangunan karakter kita yang tercecer yang mungkin kita telah melupakannya. Memang, masa lalu adalah histori dan masa depan adalah mistery, kata sebagian orang. Dengan reuni kita tahu bahwa pribadi ini adalah hasil bentukan atau akumulasi dari semua kisah di masa lalu. Diri kita saat ini adalah hasil dari pengambilan hikmah atas cerita-cerita masa lalu. Entahlah, kenapa kemudian itu menjadi ajang kisah sukses atau kampanye?. Saya tidak tahu ceritanya.

Namun sungguh sangat berbeda dengan misi saya menghadiri reuni. Dari ribuan pasang mata yang memaku bertatap muka pada pertemuan yang baru, saya pun demikian. Mencoba mencari kisah-kisah lama yang masih tertinggal, bukan untuk mengungkit namun tujuan utama saya adalah memaafkan dan mencoba mengikhlaskan. Karena dengan begitu, ruh cinta yang lama bergentayangan dapat tenang dan kembali bermetamorfosa menjadi cinta yang lain. Namun sayang, kisah lama itu seakaan menjauh dan membuat saya untuk bersabar pada kemungkinan reuni tahun depan lagi.

Apakah ini pahit?
No, bagi saya kenangan adalah lembaran buku-buku tua yang masih nampak jelas meskipun usang, masih dapat terbaca walaupun telah lapuk. Reuni tahun ini adalah reuni ke-enam dari perjumpaan kita, dan saya takkan mundur untuk memaafkan hingga setahun kedepan seperti enam tahun belakangan ini.

Ketahuilah wahai pemegang jasad kisah lalu,

Karena saya,
Adalah lelaki penyimpan kenangan yang baik.

LEBARAN KAMI

Dari si Bungsu pasangan bahagia Tn. Ahmad Mahdani dan Ny. Hasmiati
(Saat keenam dragon ball Mama Bapak, berkumpul)

Dilahirkan sebagai saudara, kira-kira sudah seperempat abad kita menjalin hubungan darah. Kalian mungkin sering cemburu denganku, seorang pria tampan kreasi sempurna bapak ibu yang dilahirkan terakhir, tapi aku tidak keberatan karena cemburumu terdengar sangat wajar. Karena setelah aku dilahirkan, ibu memang tidak lagi penuh memberimu perhatian.

Kini kita sudah sama-sama dewasa. Aku dan kalian tumbuh jadi tiga laki laki dan tiga perempuan dengan sifat dan karakter yang berbeda. Beberapa dari kalian memang jarang bicara, sedangkan aku paling suka mengobrol atau bercerita. Model baju, aliran musik, buku bacaan favorit; selera kita ibarat bumi dan langit. Tapi dibalik segala perbedaan dan perselisihan, bukankah kita tetap saudara? Tidakkah kalian juga seperti aku, yang menyimpan rasa sayang dan cinta tapi enggan mengungkapkannya?

Aku dan kalian punya karakter yang jauh berbeda. Entah berapa kali kita pernah bertengkar dan saling mencela

Dilahirkan dari rahim yang sama bukan berarti “haram” jika kita berbeda. Sejak kecil hingga dewasa, kita justru jarang punya kesukaan yang senada.

“Kalian paling suka bicara, tapi saat kesal dengan adikmu malah diam seribu bahasa. Sikapku memang kadang menyebalkan, tapi diam-mu lebih sering membuatku kebingungan.”

Setelah aku lahir, perhatian ibu lebih banyak tercurah untukku. Wajar jika kalian menyimpan rasa cemburu dan selalu ingin menindasku

Sebagai adik, aku terdidik untuk mencontohmu. Menjadikan kalian sebagai role model sesuai anjuran bapak ibu dan kebanyakan orang di sekitarku. Aku pun diajarkan mematuhi perintah dan nasihat-nasihat darimu. Mereka biasa berkata,

“Nak, contoh kakak kakakmu. Dia itu pintar, rajin, dan bisa mandiri. Kamu harus nurut kalau dinasihati kakakmu.”

Aku akan mengangguk setuju, tapi sejenak ingatanku melayang ke masa lalu. Merasa jadi kakak yang lahir lebih dulu, bukankah ketika itu kalian sering menindasku? Selain menguasai mainan-mainan yang ada di rumah, kalian paling sering menyuruhku pergi ke warung atau sekadar menyelesaikan tugas-tugas di rumah, dan paling ekstreme mengeroyokiku ketika ibu sedang masak.

Adikmu yang masih kecil dan lugu pasti akan menurut layaknya prajurit mendengar titah ratu dan raja. Tapi seiring bertambahnya usia, aku mulai merasa diriku dimanfaatkan. Aku berpikir, apakah sebagai kakak kalian tidak punya rasa kasihan? Kenapa saat ibu menyuruhmu mengerjakan sesuatu, kamu bisa ringan melimpahkan tugasmu padaku?

Saat sedang sendiri, seringkali aku merenungi sikapmu. Apa mungkin rasa cemburu di masa lalu yang jadi alasannya? Mungkinkah kalian belum rela jika mengingat dulu ibu sering mengabaikanmu karena aku? Lupakan, Kak. Ketika itu kita hanya masih terlalu muda untuk mengerti bagaimana seharusnya berlaku sebagai saudara.

Tapi sehebat apapun kita berseteru, toh kalian tetaplah seorang kakak yang jadi andalan ibu saat dia butuh bantuan orang lain untuk menjagaku

Entah seberapa sering kita berdebat, ingatanku masih cukup kuat mengenang betapa dulu kalian menjaga adik kecilmu dengan hebat. Setiap pulang sekolah, kalian akan menemaniku bermain ketika ibu tengah sibuk dengan pekerjaan rumahnya. Setelahnya, sengaja kalian membacakan cerita agar aku lelap dengan tidak sengaja.

Di lain hari ketika bosan main di dalam rumah, kita akan menuju halaman belakang dan menjajal banyak hal. Kita bisa asyik main tanah, pura-pura membangun rumah dengan segala isinya. Kadang, kita pun berganti peran jadi penjual dan pembeli. Berbekal daun-daun yang seakan jadi bahan makanan, kalian berlaku layaknya penjual di restoran dan aku jadi pembelinya.

Aku juga ingat ketika kita pernah menyelinap keluar rumah saat hari sedang hujan. Tanpa sepengetahuan ibu, di bawah guyuran hujan kita malah asyik main kejar-kejaran. Lucunya, aku dan kalian tidak sadar bahwa baju yang basah akan membuat kita ketahuan dan dimarahi ibu.

“Masa kecilku memang cukup indah untuk dikenang, dan kalianlah yang jadi bagian paling tak terlupakan.”

Di titik terendah dalam hidupku, kalian bisa jadi sahabat tempatku berbagi keluh kesah dan kegalauan yang membuncah

Setelah dewasa, hubungan kita pun menjejak fase yang berbeda. Kita tidak lagi sering main bersama atau kejar-kejaran di halaman belakang rumah. Justru kebersamaan kita terasa sangat minim. Aku cukup sibuk dengan kehidupan baruku, buku-buku, komunitas, organisasi, tugas kuliah, dan waktu-waktu mandiriku. Sedang kalian, sibuk dengan karir, keluarga kecil kalian, dan urusan rumah tangga pada tempat yang berbeda.

Di antara minimnya kebersamaan, ada kalanya kita akan duduk berdua dan serius bicara. Ya, kalian adalah tempatku berbagi keluh kesah. Orang yang aku percaya akan membantuku memecahkan masalah. Saat aku terlalu takut menunjukkan nilai-nilaiku pada bapak dan ibu, ketika beberapa kebutuhanku mendesak dan tak berani meminta uang pada ibu yang membuatku kelimpungan, atau tentang rasa suka pada seorang teman yang kusimpan diam-diam.

“Kalian bisa jadi saudara sekaligus sahabat terbaikku. Padamulah kubagi cerita bahagia hingga rahasia paling hitamku.”

Aku tidak menolak, kalian pun pantas dapat predikat kakak terhebat. Karena saat masalah membuatku ingin menyerah, kalianlah orang pertama yang akan mencecarku. Habis-habisan kalian akan menghujaniku dengan kritikan pedas. Tapi anehnya, aku tidak sekalipun sakit hati karena kata-katamu justru jadi motivasi. Gaya bicaramu yang seakan tidak peduli justru malah membakar semangatku untuk bangkit lagi.

Ada saat dimana kita akan sama-sama melupakan perbedaan dan perselisihan. Kita sepakat jadi rekan yang kompak saat menyelesaikan berbagai masalah keluarga

Sejak kecil hingga remaja, kita memang lebih sering bertengkar. Tapi hubungan kita terus bertransformasi seiring usia yang juga terus bertambah. Menjejak usia dewasa, kita berubah jadi orang yang bisa kompak tanpa perlu diminta jika urusannya soal keluarga.

Aku ingat ketika bapak jatuh sakit, kitalah yang bergantian merawat mereka. Tugas-tugas harian ibu pun bisa kita bagi; perkara siapa yang membersihkan rumah, memasak, cuci baju, pergi belanja, dan siapa yang hanya duduk menonton.

“Aku dan kalian adalah rekan seperjuangan ketika ada masalah keluarga yang harus dituntaskan. Di titik ini, aku tidak perlu mempertanyakan tentang perasaanku sendiri.”

Tidak banyak waktu yang bisa dibagi, apalagi jika harus bicara dari hati ke hati. Tapi tanpa perlu kuakui, kalian pasti tahu seberapa hebat aku menyayangi.

Aneh rasanya jika aku harus jujur tentang perasaanku. Tidak bisa kubayangkan betapa canggung suasana ketika aku dan kalian bertemu muka lalu bicara perkara hubungan kita. Aku jamin mulutku tidak akan bisa berkata-kata, tentang seberapa besar rasa sayang dan cinta yang aku punya.

Tapi sungguh aku percaya, kalian pun pasti melakukan hal yang sama. Bahwa di antara doa-doa yang terapal, ada namaku yang tidak pernah luput kalian lafalkan. Tanpa perlu bertukar pelukan, akulah yang tak pernah alpa memberimu perhatian.

Dan terakhir, sembah sujud syukur selalu kulantunkan kepadaMu sang pemberi rahmat. Moment lebaran kali ini engkau mempertemukan kami dalam khidmat dan penuh kebahagiaan. Dimulai dari saling memaafkan secara langsung hinggal jalan-jalan liburan.

Tak lupa, doa kesehatan, keselamatan, dan umur panjang untuk kedua orang tua kita. Karena merekalah kita lahir dan memberi makna pada arti kehidupan.

Teruntuk para kakakku , semoga essai ini tidak akan pernah sampai dimatamu untuk kau baca. Karena membayangkan kalian membaca tulisan ini justru membuatku senyum-senyum sendiri. Aku malu jika kalian tahu, tulisan ini sengaja kutulis untukmu.

Dari adikmu,

Yang berharap kau tak akan pernah membaca tulisanku.

Note: Foto diambil dari sebuah pantai eksotis Bulukumba saat liburan kemarin, namun kurang Si Sulung (Edi Miswar Mahdani) dan Si Bungsu (Saya) dikarenakan mereka berdua sedang gengsi dan malas foto.

LITERASI DIMATA PEMUDA BULUKUMBA

Menyoal kegiatan obrolan syawal yang diselengarakan Himpunan Mahasiswa Islam di warkop expresso pada malam ini, 9 juli 2016 dengan tema "Literasi di mata pemuda Bulukumba" yang dihadiri oleh pejuang literasi Bulukumba, organisasi kepemudaan, dan para pecinta dunia literasi yang dinarasumberi kakanda ahmad sahide, kakanda tomy satria, kakanda arum spink.

Sangat menarik obrolan malam ini, dengan santai para narasumber mengguncang kegelisahan para pendengar dengan menghadirkan fenomena-fenomena kekinian yang sangat turun drastis dari masa ke masa. Kurangnya budaya literasi dimata pemuda Bulukumba sangat mencengankan, karena seperti kata pramodia anantatoer "menulis adalah cara mengabadikan diri", maka siapa yang akan mengabadikan Bulukumba dari segala aspek jika tak satupun yang tergerak hatinya untuk menulis?

Kita ketahui bersama, bahwa literasi adalah menyoal tentang membaca dan menulis. Rumus sederhana adalah apa yang hendak dibaca jika tak satupun menulis? Kepada siapa kita mengetahui kebenaran sejarah masa depan jika tak satupun menulis hari ini? Dan apakah orang masih akan membincang kita setelah meninggal jika tak satupun buah pemikiran dituangkan dari menulis? Sehebat apapun teori yang dikeluarkan malam ini oleh para pembicara dan pendengar tentang konsep literasi jika tak satupun dari mereka yang menuangkan gagasannya dari menulis. Apakah budaya literasi sangat berpengaruh dalam peradaban? Ya. Sudah tentu dan pasti.

Maka pada malam ini pula saya menyampaikan sedikit solusi untuk bagaimna menumbuhkan budaya literasi. Bukan untuk menggurui para senior yang hadir, namun hanya mengajak dan menyadarkan mereka bagimana cara menanamkan ini pada semua orang, terutama untuk pribadi.

Apa yang saya ucapkan pun bukan teori luar biasa seperti yang lainnya yang juga berbicara malam ini, bukan tentang konsep teologis pada literasi, bukan tentang sistem ekonomi sebagai analogi gambaran literasi, bukan pula gambaran kota jogja yang dihebat-hebatkan oleh seorang pembicara yang katanya sangat pesat dibidang literasi.

Saya hanya menyampaikan hal sederhana, bahwa untuk membangun budaya literasi, menurut hemat saya, beberapa langkah bisa dilakukan oleh kita semua. Pertama, menumbuhkan minat baca sedini mungkin. Minat membaca diimulai dari keluarga. Orang tua wajib mendorong putra-putrinya untuk membaca banyak buku. Tak cukup itu, mereka seyogyanya memberi contoh. Mereka kudu  terlebih dahulu membiasakan membaca. Mereka dapat menciptakan lingkungan yang mendukung menumbuhkan minat baca seperti ruang baca dengan buku bacaan. Sebab itu, membeli buku dijadikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dalam setiap bulannya. Menyisihkan uang bulanan untuk tujuan di atas menjadi pilihan orang tua bijak dalam  membangun budaya literasi.

Kemudian, sekolah memiliki peran penting. Di sekolah, anak-anak wajib dibiasakan membaca. Guru memberi teladan. Mereka menanmkan kepada peserta didik kecintaan terhadap buku. Perpustakaan sekolah (diupayakan ada) sepantasnya dikelola dengan baik. Sehingga perpustakaan sekolah menjadi menarik untuk dikunjungi.

Di sekolah, budaya tulis menulis dimulai. Peserta didik diajari menulis. Dalam setiap pembelajaran, guru dapat menyisipkan kegiatan menulis atau mengarang. Osis dilatih mengelola majalah dingding. Lebih jauh, pelajar SLTP atau SLTA dapat dipacuh untuk menerbitkan buletin, jurnal  atau lain.

Kedua, subsidi buku. Di beberapa negara maju, pemebelian buku memperoleh subsidi dari pemerintah. Seabagai nagara berkembang yang mengejar ketertinggalan di berbagai sektor, tak salah bila Pemerintah Indonesia mengusahakan hal tersebut. Subsidi akan membantu masyarakat dalam memiliki serta membaca buku. Ini terlihat mustahil. Tapi selagi ada usaha dari semua pihak, saya  yakin tidak ada yang mustahil.

Ketiga mengoptimalkan peran perpustakaan daerah. Keberadaan perpustakaan daerah selama ini belum menunjukkan perannya dalam masyarakat. Keberadaanya antara ada dan tiada. Ini terkait dengan pengelolaan dan pelayanan belum maksimal. Koleksi buku perlu ditambah. Perpustakaan daerah diupayakan membuat terobosan dengan kegiatan menarik seperti lomba menulis, lomba baca puisi, atau lainnya. Saya juga melihat sosialisasi masih kurang. Ke depan perpustakaan daerah diminta menjadi lokomotif  minat baca masyaraat. Ini  sebuah tantangan berat sekaligus tanggung jawab  dalam upaya menamkan budaya membaca dan menulis.

Keempat, menghargai karya tulis. Bangsa ini musti belajar mennghargai karya orang lain. Dan karya tulis sepatutnya memperoleh tempat khusus, melebihi karya lain. Pemerintah dituntut memilki perhatian khusus pada para penulis. Pemerintah harus mendorong kegiatan penulisan juga penelitian.

Akhir kata, budaya literasi bangsa kita harus bangkit. Kita tak boleh terpuruk. Bangun budaya membaca dan menulis dari keluarga. Kemudian sekolah seyogyanya mengambil peran penting menyiapakan generasi gemar baca dan menulis. Tak tertinggal, pemerintah harus sudah mulai berhitung, kapan bisa mensubsidi  buku untuk rakyat. Wa Allahu Alam

Kesalahan Sederhana Di Media Sosial Bisa Berakibat Buruk Pada Karir Anda

Saat ini, orang tak hanya bersosial dengan langsung bertemu muka saja, namun dengan adanya media sosial, orang dimungkinkan berinteraksi meski tanpa bertemu secara langsung. Ada banyak hal yang bisa dilakukan dengan media sosial, namun tentu saja Anda perlu bersikap bijak menggunakan media sosial.

Perlunya kontrol dalam membuat status, memberikan komentar ataupun membagikan konten tertentu melalui media sosial tetap harus Anda jaga. Karena jika tak hati-hati, kesalahan sederhana yang dibuat di media sosial bisa jadi mempengaruhi perkembangan karir Anda sendiri.

Ada beberapa kesalahan sederhana yang sering dilakukan seseorang melalui akun media sosialnya. Dan seringkali mereka tidak sadar dengan apa yang ia lakukan tersebut sangat berpengaruh terhadap karir nya. Di bawah ini adalah beberapa kesalahan yang sering dibuat melalui media sosial yang berpotensi memberikan pengaruh negatif pada karir seseorang.

Membagikan info atau berita palsu
Kebiasaan sederhana pengguna sosial media membagikan berita yang unik atau berguna untuk kelangsungan hidup yang pada dasarnya kita tak mengetahui kebenaran berita tersebut, boleh jadi itu konspirasi. Ada baiknya melakukan penelusuran kebenaran berita dahulu sebelum membagikannya.

Melakukan Kebohongan Tentang Keberadaan dan kondisi
Ini saya kira kerap dilakukan oleh siapapun, padahal hal ini sangat riskan sekali dilakukan oleh pengguna FB. Contoh sederhana adalah, ketika Anda misalnya membuat status “menyaksikan seluruh pemuda sedang membaca buku di alun alun kota” padahal kenyataannya itu hanya sebuah settingan yang hanya bertujuan membangun karir dengan kebohongan. pada kota yang minat bacanya kurang itu mustahil menggunakan kata "semua"

Apalagi dengan menambahkan foto otentik, sangat berbahaya untuk masa depan karir Anda. Jadi sebaiknya Anda harus mampu melakukan kontrol pada diri Anda sendiri terkait bagaimana cara yang bijak menggunakan media sosial. karena dusta itu adalah rentetan kereta yang berlanjut pada gerbong kebohongan setelahnya pada kolom komentar. sangat lucu ketika orang luar datang menyaksikan langsung dan semua kebangaan itu palsu belaka.

Mengkritik Melalui Media Sosial
Beragam fungsi yang bisa didapatkan dari penggunaan media sosial, baik buruknya tergantung Anda sendiri sebagai pengelolanya. Usulan bahkan sampai kritikan pun bisa diungkapkan melalui media sosial. Namun percayalah, kritikan atau usulan yang Anda sampaikan melalui media sosial itu bukan sesuatu yang positif.
Ada baiknya jika memang Anda memiliki uneg-uneg, sampaikan saja dengan profesional. Jangan mengkritik atau membicarakan seseorang di ruang publik, itu membuat Anda akan dinilai sebagai orang yang tidak profesional, dan itu bisa membuat karir Anda menjadi terhambat.

Komentar Pedas Menjurus SARA
Memang berkomentar atau berstatus melalui media sosial adalah hak dan kebebasan Anda. Namun jika Anda menggunakannya tanpa kendali maka Anda sendiri yang akan kena akibatnya. Membuat atau memberikan komentar pedas bahkan sampai menjurus SARA, sangat berbahaya. Itu akan pasti akan menjadi penilaian negatif dari orang-orang sekitar Anda.

Kebebasan berpendapat memang dijamin oleh negara, namun menyampaikan pendapat dengan cara yang baik tentu akan lebih mencerminkan kapasitas dan kemampuan Anda sendiri. Berpendapat dengan cara negatif hanya akan menunjukkan seberapa cekak otak Anda. So, berhati-hatilah ketika berpendapat melalui media sosial.

Melakukan Provokasi Untuk Hal Negatif
Kadang memang kita tidak senang dengan kebijakan dari kampus, sekolah ataupun pemerintah, namun jangan sampai mengajak teman lain untuk melakukan hal-hal negatif. Apalagi mengajak melalui media sosial yang tentunya akan diketahui oleh banyak orang, itu buruk sekali.

Ada baiknya jika Anda berdiskusi dengan cara yang elegan dengan. Berpikirlah yang bijak dan jangka panjang, jangan berpikir karena emosi sesaat saja. Cara berdiskusi dan dengar pendapat lebih bisa mendinginkan suasana untuk bisa menghasilkan kebijakan yang lebih baik.

Itulah beberapa kesalahan dari penggunaan media sosial yang perlu Anda antisipasi. Usahakan jangan sampai Anda melakukan hal itu semua.

Tuntasnya kita mencintai sesuatu adalah saat kita telah tuntas pula mencintai diri.

HANYA ORANG KAMPUNGAN YANG MEMAKI GAME "POKEMON GO"

Maraknya game Pokemon go di Indonesia, khususnya di Bulukumba juga seiring dengan perdebatan-perdebatan pro kontra disosial media. Bahkan hoaks dan berita miring soal game ini pun seolah menjadi trend.

Yang saya sayangkan adalah beberapa orang yang cerdas seolah menjadi tidak cerdas lagi akibat ikut berkomentar menyoal game ini, hingga media yang sebelumnya menjadi penyaji peristiwa aktual malah ikut-ikutan menyebar berita miring yang merujuk kepada sara. Tanpa verifikasi kebenaran berita, mereka langsung menyebarkan. Berikut analisa seorang kawan tentang game pokemon go adalah yang diberitakan berarti Yahudi.

Hal pertama yang perlu anda ketahui sebagai dasar adalah game pokemon go tidak dapat diakses (mungkin belum) dioptimalkan pada perangkat tablet & juga tidak support dengan prosesor & chipset Intel seperti pada varian Smarphone Android Asus Zenfone. Kedua, game pokemon go tidak terdapat dipasar android sepertu game umumnya (play store, dll) perlu link download khusus untuk menginstal masternya. Ketiga, game pokemon go tidak kompetibel dengan android versi rendah. Sebenarnya yang ingin saya katakan adalah tidak semua "tim hore" yang komentar mengenai game ini pernah memainkannya, munculnya game ini sebagai viral hanya issu propaganda yang didalamnya berisi berita valid dan tidak, yang lebih ektreme menuju kepada sara. Ya, semua demi kepentingan bisnis cerdas yang diramu untuk bangsa yang kekurangan empati ini.

Namun yah, lagi-lagi segala hal yang fenomenal pasti menghadirkan berita kontroversial yang membuat kita bergidik fisik dan mental.

Selanjutnya, mengapa isu Pokemon rancangan Yahudi baru dikemukakan sekarang? Bukankah bila ini masalah dunia sudah disampaikan sejak dulu? Sebab franchise ini kini tengah populer!

Tahukah bahwa serial Upin dan Ipin juga mendapat perlakuan yang sama kala naik daun? Ya, Upin dan Ipin = rancangan Yahudi! Katanya "U"pin = USA dan "I"pin adalah Israel.

Tapi, dari dua contoh di atas, kebanyakan lebih percaya bahwa Pokemon rancangan Yahudi. Bagaimana dengan Upin dan Ipin? Lebih sedikit yang percaya, karena sebagian besar tahu isi serial tersebut mendidik dan sarat manfaat.

Ini hipotesa sementara. Maka, jadilah Pokemon rancangan Yahudi dan Upin dan Ipin bukan rancangan Yahudi. Upin dan Ipin berisi konten yang langsung dapat diketahui manfaatnya. Banyak orang dengan mudah dapat memahaminya.

Pokemon -- yang notabene bukan konsumsi umum -- tidak diperlakukan demikian. Alasannya karena tak banyak yang memahami manfaat video game dan animasi, kecuali kelompok tertentu.

Masalahnya, kebiasaan mudah percaya dan langsung share begitu melekat pada masyarakat kita. Hanya sebagian kecil saja yang mau mengabiskan waktunya untuk cross-check isu yang merebak.

Keadaan diperparah oleh satu budaya lagi. "Kalo kamu tidak sependapat sama saya, KAMU SALAH!"

Pada kasus Upin dan Ipin tentu lebih kecil masalahnya. Mereka yang yakin itu rancangan Yahudi tak sebanyak mereka yang percaya itu bukan rancangan Yahudi.

Bagaimana dengan Pokemon? Saya yakin saat tulisan ini dibaca sebagian besar orang -- bahkan tanpa berpikir lagi -- tetap meyakini itu rancangan Yahudi, terlepas benar atau tidaknya.

"Jelas kamu membela, kamu kan gamer, pasti lebih berat membela Pokemon, dong!"  Sindiran seseorang teman diskusi,

Ini satu hal yang juga perlu dipahami. Tak semua pemain game (gamer) mengidap kebiasaan demikian, apalagi saya sebagai pendidik yang memanfaatkan video game sebagai salah satu media belajar. Saya tak menutup mata akan dampak negatif bermain game secara umum, pun mengabaikan manfaat dari pengaruh positif yang juga ada.

Masalahnya, karena video game terlanjur menjadi kambing hitam sumber kejelekan, maka apapun argumentasi yang diberikan akan mentah, tanpa peduli validitasnya 100% sekalipun.

"Tapi kenapa kamu berdebat terus! Tidak mau terima kalau Pokemon dibilang rancangan Yahudi!"

Nah, di sinilah saya menganjurkan teman-teman untuk tabayyun apapun isu yang tengah hangat diperbincangkan. Saya tidak fanatik, dan argumentasi saya berdasar hasil cross-check yang bukan sekali dua kali, serta referensi yang bukan satu dua sumber.

"Saya tidak peduli! Pokoknya Pokemon rancangan Yahudi!"

Sayangnya, orang yang berkata demikian belum tentu mau diajak meninggalkan Facebook, Twitter, dan Google yang notabene banyak dikelola oleh orang non-muslim. Mereka juga mungkin tidak mau disuruh membuang laptop, televisi, dan perangkat elektronik yang kemungkinan banyak dibuat oleh orang non-muslim.

Disisi lain, setelah game ini dirilis secara ilegal yang berujung kontroversial dan semakin hari semakin hangat diperbincangkan. Maka banyak dari kaum cendekiawan yang ikut terjebak dalam pusara bisnis perusahaan tertentu. Tahukah anda siklus propaganda? Ya. Semakin banyak dibicarakan maka semakin boominglah game ini, entah itu pro atau kontra. Itulah kenapa saya mengangkat judul kampunganlah orang yang memaki pokemon go. Berhenti membicarakannya, maka akan berhenti pulalah popularitasnya saat itu juga, dan dikemudian hari akan terlupakan seperti fenomena lainnya yang sempat hangat.

Pada akhirnya, kebijakan yang dilandasi pemahaman akan ilmu pengetahuan yang dapat membuat kita tenang menghadapi isu terkini. Barangkali itulah kenapa Allah memuliakan orang yang berilmu.

Tetap kritis anak muda menanggapi issu.
Jika tidak sepakat, buat tulisan tandingan!

JIKA KURUS KEREMPENG ITU JELEK, MAKA YAKIN OTAK ANDA TERCUCI IKLAN SUSU PENGGEMUK

“Kerempeng…? Mana keren…?!” Slogan yang terdengar menyindir atau bahkan mencemooh dan merendahkan itu selalu terdengar mengiringi iklan sebuah produk susu di televisi. Dan setiap kali melihat atau mendengar slogan yang aneh itu, jidat saya selalu berkerut.

Jika tujuan iklan itu adalah merayu dan mengharapkan agar pemirsa televisi mengkonsumsi produk susu itu, saya meragukan hasilnya akan efektif. Mengapa? Karena iklan itu bukan merayu, tetapi menyindir. Bukan membenarkan, tetapi justru merendahkan. Kalau mau menggunakan istilah psikologi, iklan itu bukannya mengelus ego calon konsumennya, tetapi justru melukai ego calon konsumennya!

Tidak ada orang yang mau tergerak hatinya jika egonya dilukai—tidak ada orang yang cukup idiot untuk memenuhi permintaanmu jika kau meminta dengan cara yang merendahkannya.

Tetapi hal semacam itulah yang dilakukan iklan susu itu. Iklan itu dibuat tentunya dengan tujuan agar orang—pemirsa televisi—mau mengkonsumsi susu itu. Tetapi iklan itu ditawarkan dengan cara yang menjengkelkan, melukai ego, serta merendahkan kalangan tertentu yang kebetulan bertubuh kurus atau kerempeng. Lebih parah lagi, iklan itu nyata-nyata mendefinisikan istilah “keren” dengan pandangan yang amat sangat naif.

Sekarang kita bertanya-tanya, seperti apa sebenarnya yang disebut “keren” itu…??? Siapa atau sosok seperti apa yang layak dan pantas dianggap “keren” itu…??? Apakah sosok bertubuh macho itu yang keren? Apakah orang bertubuh tinggi-besar itu yang keren? Jika ya, maka berarti semua orang yang tidak macho dan tidak tinggi-besar tidak bisa disebut keren. Tetapi, jika kenyataannya seperti itu, alangkah naifnya definisi keren itu!

Sekarang lihatlah penyair Chairil Anwar. Meskipun kita tidak dapat menyaksikan sosoknya hari ini, tetapi buku-buku sejarah dan buku-buku sastra telah menggambarkan seperti apa sosok penyair legendaris itu. Dia kurus-kering—kerempeng! Tetapi siapa yang berani menyatakan Chairil Anwar tidak keren? Orang gila mana yang cukup bodoh untuk menyebut Chairil Anwar, “Kerempeng? Mana keren?

Jadi, di manakah sebenarnya letak definisi keren itu? Sekarang kita tahu, bahwa letaknya ada dalam ruang lingkup subjektivitas—dan tidak ada satu pihak pun yang layak menghukum siapa pun sebagai “tidak keren”, tak peduli seperti apa pun orang itu.

Mungkin seseorang kurus-kering dan kerempeng, dan bagi produk susu itu sama sekali tak bisa disebut keren. Tetapi, bagi orangtuanya dan bagi pacarnya, dia belum tentu tidak keren—karena itu penilaian personal yang relatif. Yang tidak keren bagi produk susu itu, bisa jadi “amat-sangat-keren” bagi orang lain.

Karena istilah “keren” tak jauh beda dengan istilah “cantik” atau “tampan”, maka tentunya siapa pun dapat menyebut seseorang sebagai “keren”—tak peduli seperti apa pun orang yang dituju. Tetapi hal ini menjadi masalah ketika disuarakan dalam bentuk kata negatif (menggunakan kata “tidak”), apalagi jika dijadikan slogan bagi iklan suatu produk. Menyebut seseorang atau suatu golongan dengan istilah “tidak keren” sama halnya menyebut seseorang atau suatu golongan sebagai “tidak cantik” atau “tidak tampan”—dan sekali lagi, itu melukai ego mereka.

Mungkin ada perempuan-perempuan yang sadar diri mereka tidak cantik. Mungkin ada banyak lelaki yang menyadari kalau dirinya tidak tampan. TETAPI MEREKA SAMA SEKALI TIDAK INGIN ADA SATU ORANG PUN DI DUNIA INI YANG MENGATAKAN HAL ITU. Begitu pun, mungkin ada cukup banyak cowok yang kerempeng, dan mereka sadar diri mereka tidak keren, tetapi mereka sama sekali tidak ingin siapa pun merendahkan mereka hanya karena itu!

Karenanya, jidat saya selalu berkerut setiap kali mendengar ucapan bodoh itu muncul dalam iklan susu itu. Lebih parah lagi, kata-kata itu diucapkan dengan nada yang jelas-jelas mencemooh.

Jika saya memang kurus-kering dan kerempeng, dan jika saya memang ingin memiliki tubuh yang kekar, maka saya tidak akan mengkonsumsi sesuatu yang jelas-jelas merendahkan harkat dan martabat sesama saya hanya karena rupa fisik mereka. Karenanya pula, jika iklan itu merasa berhak untuk mengatakan bahwa kerempeng itu tidak keren, maka saya pun akan merasa berhak untuk berteriak kepada siapa pun, bahwa KEREMPENG ITU KEREN!

Jika anda kurus, bagikan!

Surat cinta untuk pemerintah kabupaten Bulukumba

SURAT TERBUKA,
KEPADA YANG PENUH CINTA
BAPAK BUPATI DAN WAKIL BUPATI BULUKUMBA
DI-
TEMPAT

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam sejahtera dan terdepan untuk seluruh masyarakat Bulukumba. Semoga segala aktivitas kita bernilai ibadah disisi Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang mengangkat seseorang untuk mengurus urusan Mu’min padahal ia tahu ada orang yang lebih pantas untuk mengurus urusan itu maka ia telah berkhianat kepada Allah, khianat kepada Rasulullah dan (dalam Hadits lain dikatakan) khianat terhadap orang-orang Muk’minin”. (HR. Hakim)

Dengan ini ringkas kami sampaikan kepada Bapak bupati dan wakil bupati Bulukumba menyoal pengusulan dan pengangkatan dewan pengawas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bulukumba. Berdasarkan dugaan pelanggaran peraturan Menteri Kesehatan: Permenkes Nomor 10 tahun 2014 pasal 9 ayat 5 dan pasal 10 huruf a, b dan d dan Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit. Yang menurut kaca mata hukum kami adalah tindakan yang sangat keliru. Seharusnya pemerintah kabupaten Bulukumba mengangkat dewan pengawas yang ahli dan paham soal perumahsakitan dan tokoh masyarakat yang tidak pernah dipidana sesuai dengan aturan. Kritikan ini telah kami sampaikan dibeberapa media, baik media massa maupun media sosial hingga menembus trending topik di warung-warung kopi.

Bapak Bupati dan wakil Bupati Bulukumba, yang penuh cinta,
Melalui surat terbuka ini, kami sampaikan terima kasih atas respon balik yang Bapak berikan tempo hari, untuk melakukan peninjauan kembali perihal pengangkatan dan penetapan dewan pengawas rumah sakit. Kami sangat meyakini bahwa bapak adalah manusia biasa yang dititipkan jabatan oleh Tuhan yang maha esa yang didalam menentukan kebijakan terkadang sedikit keliru dari aturan yang telah ditetapkan, dan rasa kagum kami pulalah atas tindakan bapak mengakui kekeliruan tersebut untuk dijadikan pelajaran diberbagai kebijakan-kebijakan daerah kedepannya.

Bapak Bupati dan wakil Bupati Bulukumba, yang penuh cinta,
Melalui surat terbuka ini juga, berdasarkan pertimbangan dari sekelumit kebijakan-kebijakan yang kedepannya akan dikeluarkan. Maka kami menuntut dengan penuh cinta, agar:

1. Bapak wajib dan harus tetap support para masyarakat Bulukumba yang melakukan kritik dan unjuk rasa guna untuk terjaganya harmonisasi demi menciptakan kabupaten Bulukumba yang sejahtera dan terdepan.

2. Bapak wajib melakukan pertimbangan dari segala aspek dalam menentukan kebijakan yang pro rakyat.

3. Bapak wajib menujukkan ruang keberpihakan yang nyata pada masyarakat luas, guna terciptanya tatanan pemerintah daerah yang bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

4. Bapak wajib melakukan penegakan aturan perundang-undangan sebagai goodwill dalam pengambilan keputusan demi kecintaan kita pada NKRI

Bapak Bupati dan wakil Bupati Bulukumba, yang penuh cinta,
Demikian surat ini kami sampaikan, sudi kiranya Bapak meluangkan waktu untuk membaca. Atas perhatian dan kerjasamanya selama ini kami ucapkan banyak terimakasih. Jika ada tutur kata, kosa kata dan tata bahasa yang tidak berkenan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Dan sebagai penutup surat terbuka ini, saya ingin menyitir sebuah hadist riwayat Imam Muslim "Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka hendaklah dia mencegah dengan tangannya, sekiranya dia tidak mampu, maka dengan lisannya, dan sekiranya dia tidak mampu (juga), maka dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemah keimanan".

Bulukumba, 11 Agusterius 2016

Wassalamu’alaikum wr.wb

Hormat kami,

Atas nama masyrakat Bulukumba.

Mari mengajar media menulis tentang esai buaya (Absurditas sebuah berita)

Seekor buaya berkeliaran di Bulukumba tak lain hanyalah efek issu kenaikan harga rokok yang signifikan, penyebab utanyamanya adalah karena pemerintah Bulukumba salah angkat dewan pengawas rumah sakit. Kejadian buaya ini membuat geger masyarakat Bulukumba karena media itu dan media ini hanya suka menuliskan buaya baik darat, laut, atau ampibi. Media ini itu tunduk kepada seorang pengendali elemen ketiga yang berkuasa di Negara api. Karena euforia buaya ini eksis, hingga ia membayar beberapa wartawan untuk konferensi pers. Hasilnya pun ia mengakui, bahwa ia tak sanggup lagi dilaut karena ada kasus penakangkapan kapal yang akan kembali diusut pemerintah karena diberitakan ada huruf M nya. Buaya ini pun sempat parkir di halaman taman cekkeng nursery menurut media ini, untuk selanjutnya membuat perkara lain. Sungguh malang nasib buaya ini, karena pihak kepolisian lebih memilih melepaskan bandar Narkotika ketimbang melepaskan ia di laut lepas, mungkin karena gratisan. Atau mungkin ia tidak lagi melaut dikarenakan bahan bakar kapal tidak lagi menggunakan premium subsidi, karena Pertamina sudah mengkonsumsi pertalite yang turunannya bukan pada APBD. Informasi terakhir, buaya kembali parkir di Tanahberu. Menyaksikan pesta adat yang sangat heboh, ia kasihan karena pemerintah tak hadir untuk memeriahkan hal tersebut yang menjadi kekayaan budaya di kota buaya ini. Yah mungkin buaya tahu kalau pemerintah membenci para pegiat seni yang bermukim disamping buaya.

Akankah buaya ini berasal dari sungai teko? Yang memiliki anggaran 7M untuk sebuah pembangunan kampus yang jauh dari kata layak hingga ia diredam media ini?

Ataukah buaya takut ke Bira, menyaksikan kongkalikong pemilihan ketua lembaga pengusaha dan kepemudaan menyusun strategi memusnahkan buaya yang juga tak diramaikan media itu?

Oh, buaya. Dimanapun dirimu tenar saat ini. Biar saya yang mewartakanmu.

Minggu, 21 august 2016
Disamping Buaya

NAMANYA DHILAH, GADIS HANTU YANG BERDISKUSI (Menakar malam pada sarkasnya hidup di Makassar)

Pantai Losari, siapa yang tidak kenal dengan namanya. Inilah destinasi wisata yang menjadi salah satu ikon kota Makassar. Di sinilah secuil cerita saya dimulai ketika saya berada di tempat ini, bersandar di pagar besi menghadap kelaut menikmati hembusan angin malam pantai yang sepoi sepoi membuat suasana hati menjadi tenang dan membuat perasaan jadi rileks semua beban yang ada jadi terlupakan sejenak di tambah lagi dengan keindahan langit yang cerah dihiasi bintang bintang yang kerlap kerlip, sungguh indah ciptaan tuhan kataku dalam hati. Kekagumanku terpecah ketika, tiba tiba seseorang menghampri kesendirianku. Ia seorang perempuan berkulit putih, rambut yang lurus dan lumayan panjang dengan warna yang menurutku sudah diberi pirang merah namun tidak begitu tebal, tingginya perkiraan kurang lebih 167 cm tatapnya yang manja menyadarkanku dari lamunanku dan menyapaku dengan kata “hai” sapanya dengan ramah seolah kita sudah lama kenal namun aku belum pernah melihat dia sebelumnya, “hai juga” sapaku dengan agak gugup dan senyum kebingungan. “kok sendiri pacarnya mana.?” Tanyanya dengan akrab sembari memegang besi dan menghadap kelaut, sepertiku, “pacarku baru saja saya lempar kelaut, karena takut akan terlalu cemas merinduinya setiap hari” jawabku dengan nada datar, sambil senyum-senyum cuek. Ia pun tertawa terbahak-bahak hingga orang sekeliling mengarahkan pandangan padanya, "Ssst.. Perempuan anggun itu ketawanya halus" seketika ia menutup mulutnya dengan handphone, namun tatapku masih pada bulan yang bergoyang dilaut, sambil menyalakan rokok surya yang dari tadi kupegangi. "Saya juga sebenarnya sudah lama mati, semenjak saya disini setelah orang tuaku bercerai" ucapnya sendu. Kami pun ngobrol panjang lebar tentang banyak hal mulai dari tempat tinggal, pekerjaan bahkan sampai hal yang pribadi layaknya kami sudah lama kenal, maklumlah bisa di bilang aku ini orangnya pandai bergaul dan sedikit memiliki bakat wartawan. Jadi cepat akrab sama orang baru.

Dari percakapan kami, saya ketahui umurnya 22 tahun, asalnya bukan dari kota Makassar tapi dari daerah lain yang jaraknya cukup jauh dari kota Makassar dan datang ke sini untuk bekerja, katanya sih dia bekerja di tempat karaoke yang tidak jauh dari tempat ini, Karena sedang off jadwal, jadi dia kesini untuk menghilangkan suntuk katanya. Sambil berdiri menghadap laut, kami terus ngobrol tiba tiba dia membersihkan bajuku yang berwarna putih dari abu rokok yang menempel. Akupun kaget tapi tidak mengelak “kenapa ga’ boleh yha..?” “beleh kok kak, kaget saja kitakan baru kenal” kataku. Kami pun melakukan percakapaan yang agak panjang,

Me: kerjanya ditempat karaoke apaan kak?
She: Hm.. Nemenin pengunjung.
Me: Cuma nemenin?
She: Iya, kenapa?
Me: Ah... kakak bohong, saya bisa tau ki' kalau orang bohong.
She: Iyya deh saya ngaku tapi apapun pekerjaanku, saya harap kamu tetap mau berteman dengan saya, balasnya dengan senyum.
Me: (dengan senyum) Iyya saya tetap mau berteman dengan kakak. Andaikan saya memilih milih teman dari awal saya sudah cuekin kakak soalnya dari pertama saya melihat kakak saya sudah tau tentang hidup kakak sebagai contoh walaupun kita baru kenal saya sudah bisa tau kalau kakak itu suka sama warna merah kan!
She: wah..tau dari mana..? Sandro yah? perasaan saya belum pernah bilang sama kamu tentang hal itu.
Me: tau dari kamar kakak, di kamar kakak banyak benda warna merah baju baju kakak juga banyak yang warna merah di lemari.
She : bisanya itu kita tau padahal baruki kenal (keluar logat makassarnya).
Me: itulah saya, kakak lahir Februari kan..!
She: bagai mana bisa kita tau kalau masalah warna kesukaan bisa saja kita tebak, tapi bulan lahirku kenapa bisa kita tau.?
Me: yah..itulah saya, saya bisa melihat apa yang orang lain tidak bisa lihat dan  mengetahui apa yang orang lain belum bisa ketahui. Apa sih yang ga’ mungkin jika tuhan berkehendak.
(Raut mukanya pun berubah seperti orang yang terkagum kagum, padahal saya kan cuma membaca kecendrungan auranya dari ilmu yang psikologi yang siqmud freud ajarkan dalam bukunya plus ilmu sotta intelegensia, menebak yang cerdas).

“yah..! terkadang kita merasa dunia ini kejam pada kita, terkadang kita merasa tuhan tidak adil pada kita tapi sesungguhnya itu semua tidak benar, dunia tidak pernah kejam dan tuhan juga selalu berlaku adil pada hambanya, hanya saja jalan menuju hidup bahagia setiap orang itu berbeda beda. Nah di sinilah kita terkadang salah jalan dan akhirnya kita tersesat dan terperangkat dijalan yang kita pilih tadi, akhirnya dijalan ini kita terperangkap labirin hidup yang penuh liku liku dan kita akan tetap berada di tempat itu selamanya jika kita tidak menginginkan dan berusaha kembali kejalan yang benar sampai akhirnya penyesalan di dunia menghantui sampai ajal menjemput  dan diakhirat kelak penyesalan terbesar akan kita rasakan saat siksaan yang trrtuliskan pada kita suci yang tiada akhir kita rasakan". Kataku padanya menjelaskan panjang lebar karena bakat penceramahku bangkit hehehe.. Diapun tertunduk dengan wajah sedih dan ketakutan badannya seperti lemas, jujur baru kali ini ada wanita yang mau mendengarkan kata kata ceramah dariku sampai seperti itu, sangat larut dalam menatap bibirku. Aku pun melanjutkan dengan hati dan penuh semangat

“tapi kita tidak boleh menyerah karena kita tetap akan seperti ini jika kita pasrah dan tidak ada niat untuk berubah berarti kalau kita mau berubah dan berusaha untuk berubah pasti bisa karena tuhan tidak akan tinggal diam melihat hambanya yang ingin berubah dan kembali kepada jalan yang benar  pasti tuhan memberikan pertolongan dan kemudahan, yakinkan itu..! orang baik bukanlah orang yang tidak pernah berbuat dosa tapi orang yang bertaubat akan dosanya dialah yang terbaik jadi kenapa kita tidak memulai langkah untuk kembali kekebenaran”.

Setelah selesai dengan pidatoku. Saya pun diam, sejenak, suasana jadi hening, “hey kenapa menghayal.? Sudahlah jangan terlalu di fikirkan tetap semangat yang penting itu adalah keinginan dan usaha untuk mewujudkannya memang tidak bisa langsung tapi perlu tahap dengan mengurangi sedikit demi sedikit hal negatif dan memulai sedikit demi sedikit hal hal positif, saya tidak memilih teman kok siapapun dia dan apapun pekerjaannya yang terpenting buatku adalah memberi semangat pada temanku itu agar dia bisa berubah, berhasil atau tidak usahaku, tidak aku pusingkan karna saya menyerahkannya pada tuhanku”. kataku memecah keheningan “yuk kesana..!" sambungku, sambil menunjuk kearah galeri lukisan. Kamipun brjalan bersama ketempat itu melihat-lihat lukisan sembari menjelaskan panjang lebar tentang pengetahuan seni lukis yang saya pahami. Tapi belum habis lukisan yang saya jelaskan, dia ngajak saya makan Batagor dan Pisang Epek, sambil makan kami banyak ngobrol tentang banyak hal sampai Pisang Epeknya habis. Sewaktu saya mau bayar prnjualnya bilang kalau sudah dibayar, tidak enak juga sih di bayarin sama cewek tapi itu kan hanya perantara rezeki dari tuhan. Tak terasa sudah jam 12 lewat saya sudah ngantuk dan mau pulang ke rumah teman untuk istrahat (maklum, beberapa hari ini saya menumpang seorang teman di Makassar untuk beberapa hal kegiatan dan juga refreshing).

Saat saya mengatakan padanya kalau saya sudah mau pulang raut wajah sedih langsung tergambar diwajahnya. Tapi lagi lagi aku beri semangat. "kita memang berpisah tapi bukan berarti kita putus komunikasi sekarang kan canggih ada HP, mungkin pertemuan kita ini sangat singkat tapi kakak sudah menjadi guru buatku saya yakin kakak tidak menyadarinya karena saya membaca sesuatu yang tak tertulis dari dalam diri kakak, besok saya mau balik ke Bulukumba dan kembali kerutinitas semula, jika tuhan berkehendak kita pasti bertemu lagi di lain waktu tentunya, semangat kak.!" seruku. Dia menyodorkan HPnya yang tampak pada layar sudah ada gambar barcode BBM. Aku mengerti dan melanjutkanya. Setelah itu, saya memakai helm dan bergegas meninggalkan dia tanpa menoleh kebelakang, sesaat setelah motorku melaju kedepan, sepintas kulihat ia di kaca spion menatap motorku dengan tissu dipipinya. Dalam perjalanan akpun mendoakannya dan menjanjikan menulis kisah ini pada sosial media, sepeti yang kalian baca.

******
Kebanyakan dari kita membenci mereka yang seperti itu bahkan ada yang bertingkah seolah olah tuhan dengan menghakimi padahal mereka belum tau isi hati orang itu yang mungkin sebenarnya terpaksa melakukan hal tersebut karena alasan tertentu faktor ekonomi contohnya, sungguh ironis. Mungkin yang berbuat salah melakukan dosa besar, tapi yang menghakimi dosanya jauh lebih besar lagi karena langsung menghakimi seolah olah dia tuhan, padahal hanya tuhan yang punya hak memberi hukuman. Tugas kita adalah berusaha semampu kita agar bisa merubah orang yang mengalami nasib seperti itu untuk kembali kejalan yang benar.  Jadi yang menghakimi itu dia telah mengambil hak tuhan dan berusaha menjadi tuhan tanpa dia sadari, karena iblis menggoda sangat halus terkadang kita menganggap yang kita lakukan itu benar tapi sebenarnya itu kesalahan terbesar maka berhati hatilah dalam bertindak jangan sampai kita tertipu sama nurani yang nyatanya itu iblis.

Warkop 27 Boss Lompoa Alauddin,
Makassar, 26 agustus 2016