22 Oktober 2013 pukul 2:05
kayu tradisional yang disebut Phinisi menjadi kapal kayu tradisional pertama yang mampu berlayar sampai ke Kanada. Sungguh membanggakan bukan? Bulukumba adalah sebuah daerah yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah. Memilki kekayaan alam yang mampu membuat para pelancong akan betah berlama-lama. Kekayaan dan keindahan alam Bulukumba yang telah ter expose sampai ke mancanegara adalah pantai pasir putih bira,daerah adat ammatoa,pembuatan perahu phinisi di tanah beru yang tentunya menjadi sasaran utama para pelancong baik nasional maupun internasional. Namun masih ada banyak lagi kekayaan alam bulukumba yang tak terjamah,salah satunya adalah daerah pesisir pantai kasuso. Kasuso adalah sebuah nama kampung tua yang terletak di dalam wilayah administrasi Desa Darubiah, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba. Dari kota Bulukumba, berjarak sekitar 33 kilometer.
Untuk mencapai kampung tersebut, tidaklah sulit. Ketika anda ingin mengunjungi kawasan wisata pantai pasir putih Bira, pastinya anda akan melewati jalan masuk ke kampung ini tepatnya, dari arah kota Bulukumba menuju Bira, setelah anda melewati penurunan panjang (daerah Lahongka), anda akan menemukan pertigaan jalan. Di pertigaan tersebutlah, anda berbelok ke kiri. 4 kilometer dari pertigaan tersebutlah Kampung Kasuso terletak.
Kampung ini memang kurang populis bahkan oleh masyarakat Bulukumba. Sebab, letaknya memang terkesan tersembunyi di dalam lubang. Untuk mencapai kampung ini, kita harus melewati jalanan menurun yang panjangnya kurang lebih 1 kilometer. Setelah melewati pertigaan di jalan utama, saat menuju kampung Kasuso, biasanya, hingga kini, kita masih biasa menemukan hewan-hewan unik dan langka seperti, burung-burung yang cantik, babi hutan dan bahkan monyet-monyet yang bergelantungan di pohon-pohon di sisi jalan menuju kampung tersebut.
Sejarah singkat kampung pesisir adalah nama kasuso diambil dari paduan dua kata yaitu "ka" berati kepal,besar,ketua, dan "Suso" yaitu sejenis kerang. Nama inilah yang digabungkan menjadi Kasuso karena pada saat itu ada kerang besar yang menempel di batu besar. Menurut informasi tetua manusia pertama yang tinggal di kasuso bernama to'lanting, ia awalnya tinggal didalam kebun dilerang bukit sebelum akhirnya membangun rumah dan tinggal dipesisir pantai.
Kepercayaan masyarakat kasuso masih sangat awam, konon katanya saat zaman penjajahan dulu masyarakat kasuso mengusir penjajah dengan cara yang mistik yaitu dengan melemparkan beras hitam yang akhirnya berubah menjadi lebah/tawon.
Karena letak cukup tersembunyi bagaikan didalam lubang diantara lereng bukit pasukan DiTi dibawahu naungan kahar muzakkar pernah bersembunyi dan akhirnya bubar seiring ditemukannya daerah tersebut.
Tradisi adat masyarakat kasuso masih sangat kental,buktinya pada saat pergantian musim mereka masih melepas sesajian ke laut tanda meminta keselamatan dan sedekah alam diiringi dengan tarian khas yang penarinya semua menganggap dirasuki penunggu laut.
Keindahan pantai menambah eksotis daerah tersebut. Betapa tidak,hamparan pantai pasir putih bersih membentuk setengah lingkaran dan diapit bukit tinggi tinggi nan hijau di masing-masing sisinya yang menandakan surga kasuso berada didalam lubang yang jarang terjamah.
Hal lain yang menarik dari Kampung pesisir Kasuso dan menambah eksotismenya adalah
terdapatnya sebuah batu yang menyerupai
payung raksasa yang berdiri kokoh di dalam
laut, batu raksasa yang kelihatan terapung diatas genangan air laut hijau nan bersih. Batu tersebut disebut dengan Batu Taha (Batu berpohon) yang dikeramatkan oleh warga Kasuso. Batu Taha dianggap juga sebagai simbol kampung tersebut. Bagi pengunjung yang mendatangi Kasuso, tak lengkap rasanya, katanya, jika tidak berfoto dengan latar batu tersebut.
Di saat Sunrise telah menampakkan cahayanya,nampaklah sebuah pemandangan yang akan membuat kita terdecak kagum akan pantainya serta deretan perahu nelayan, Warna warni burung beterbangan di atas air laut yang mendesir. Para ibu rumah tangga yang ramah kembali menenun kain dengan jemarinya yang lincah. Tak heran jika di pagi hari hanya terlihat para wanita yang sibuk dengan aktifitasnya karena mayoritas pekerjaan penduduk setempat adalah seorang pelaut,yang menghabiskan banyak waktunya ditengah samudra. Biasanya sekali melaut,mereka akan pulang sekitar 1-2 tahun. Meskipun begitu,belum pernah ada cerita miring tentang ibu yang selingkuh atau kawin lagi lantaran ditinggal melaut. Mereka tetap setia menanti kepulangan sang kepala keluarga mereka, buktinya bisa kita lihat di setiap teras rumah mereka terdapat satu tempat tidur yang digunakan tuk menanti ataupun tempak ketika ia pulang larut malam dan pintu terkunci.
Eksotisme pantai pesisir Kasuso sebenarnya adalah sebuah potensi yang baik untuk mengembangkan pariwisata dikota bulukumba dan juga berfungsi sebagai salah satu tujuan wisata alternatif selain Pantai Pasir Putih bira dan pantai samboang.
Jika daerah tersebut diekspose dan dijadikan daerah parawisata, maka secara otomatis pemuda di kampung tersebut akan termotivasi untuk mengembangkan diri mereka sehingga mereka
tertarik untuk melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi,karena mayoritas pemuda di kasuso menjadi perantau setelah tamat sekolah dasar atau sekolah menengah. Jika generasinya bisa sekolah lebih baik maka, kelak mereka pasti akan berupaya untuk mengembangkan Kasuso secara mandiri.
"Kebanyakan remaja disini lebih tertarik untuk melaut setelah tamat SD daripada lanjut sekolah dikarenakan penghasilan melaut lebih besar dan langsung terima,mereka tak memikirkan masa depannya kelak", Kata Andi Baso. Salah seorang warga dusun kasuso yang juga Sarjana pertama dikampungnya.
Kami sangat berharap, Agar sekiranya pemerintah bulukumba dapat melirik daerah potensial tersebut serta memerhatikan pemuda pemudi di kasuso agar menjadi generasi yang sadar akan pendidikan dan menjadikan mutiara yang tak terjamah menjadi mutiara yang sangat eksotis di mata masyarakat bulukumba khususnya dan para pelancong internasional umumnya.
Semoga tulisan ini dapat menjadi bahan rujukan untuk masyarakat bulukumba dan untuk pemerintahan kab. Bulukumba khususnya bahwa masih banyak kawasan yang butuh perhatiaan lebih. Bukan cuma janji yang cenderung individualisme.
"Cause we love Bulukmba"
NB: Tulisan ini saya dedikasikan untuk sekolah sastra bulukumba.,dan merupakan hasil penelitian langsung para santra SSB.