Room rainbow, 29 april 2014
*Atas nama senyum manis ditungku cintaku
“BALADA
CINTA KSATRIA SEBELUM CAHAYA”
Ketika awan diufuk barat mulai menguning.
aku terdiam terpaku menatap semburatan cahayanya.
Terpaku diam tak bergerak, Lidahku kelu dan hatiku
beku.
Otakku enggan untuk berpaling menghadap arah yang
berlawanan.
Kulihat gantungan rindu
diujung ranselku yang seakan mengikat seluruh kuatku, rindu.
Engkau hadir memberikan
seluruh denyutnya nadimu.
Tanpa menyelami akalmu,
bahwa cintaku tak sekuat yang engkau tahu.
Kau banyak menanam harapan
pada hati gersang yang seolah sulit menanamkan akarnya pada setetes embun.
Aku takut, jika harapmu
adalah boomerang yang selalu siap menghantam kesetiaanmu.
Aku takut, mimpi besarmu
takkan pernah sanggup kau pikul yang akhirnya menggelindingmu pada danau air
mata luka, cintaku.
kesetiaan bagiku hanyalah
serpihan penghianatan yang meneguhkan jiwamu.
Semoga engkau tersadarkan,
akan badai cinta yang kau tumpuk dipelipis kehidupanku.
Kau berjalan dengan duri
ditengah senyum.
Harusnya dari awal kau
kenali ini, bahwa lembah hati yang engkau pijakkan sebenarnya racun yang
berwujud madu.
Aku pernah bertanya,
mengapa kau memberikan separuh kebahagiaan pada masa depan kita?
Masih dengan senyum itu,
karena aku bingung dengan keadaanku yang seolah terperangkap pada buaian
sajak-sajakmu.
Tahukah engkau wahai
kekasih, cinta dan kekosongan adalah hal yang serupa buatku.
Besarnya cinta adalah
kekosongan hati yang terungkai bersama sampul kebahagiaan sebagai bumbunya.
Namun ketahuilah, jika
esok kau menemukan dari bait kehidupan dan menggores dalam benakmu. Maka engkau
telah tuntas dalam keteguhan hati dan pendewasaan.
Karena setiap kisah yang
berwarna pastilah kumpulan gelap luka dan cerahnya bahagia.
Cinta sebenarnya adalah
kumpulan populasi ribuan ikatan yang ia senangi.
Ibarat gurita dengan
tentaklenya,
Satu tangan yang menempel
pada hatimu adalah ikatan aku mencintaimu.
Namun percayalah bahwa
masih ada tangan lain yang merajut kisah sempurna dibawah bulan pada malam
abadi.
Ia bergerak pun atas nama
cinta.
Adalah kisah hitam pada
gelap yang menjulur ribuan kilo dimasa lalu.
menempel pada gadis lugu
yang menyimpan jutaan bintang dalam hatinya.
galaksinya luluh lantak
tatkala wajah purnamanya tertutup gerhana kepanjangan.
Setelah itu hatinya
perlahan redup sebelum berpindah pada surya baru.
Kini hatinya telah
membentuk tatanan dunia baru.
namun jauh di bawah alam
bawa sadarnya tentakleku masih mengikat erat dalam ingatan kisah-kisahnya yang
tak berwujud.
Kisah lain pun bersekat
dan berjelaga.
pada cakar merpati putih
yang kehilangan arah.
menjulang tinggi bersama
catatan cita buram akan kontras kehancuran.
Ia merpatiku mencari biji
emas yang menyilaukan matanya
tanpa sadar ia menari
diatas sembilu yang membelah sayapnya.
Kembali merintih dengan
luka, mengurung kisah pada sang ksatria.
Kini paras eloknya
melayang dengan segenap luka.
Memeluk rindu atas sunyi
yang pelahan menjauh riangnya hidup.
Setiap ukiran hatimu adalah keindahan nyata dari kelihainmu.
Adalah hal yang kacau untuk menyelinap diantar kisah yang
menjepit kita.
Setiap tetes sungai matamu adalah lantunan kesucian cintamu.
Aku merindukan sebuah kisah pada masa setelah detik ini.
Meskipun dengan sayap-sayapmu yang patah.
Setiap tetes sungai matamu adalah lantunan kesucian cintamu.
Aku merindukan sebuah kisah pada masa setelah detik ini.
Meskipun dengan sayap-sayapmu yang patah.
Perjalanan ksatria belum usai, setiap baitnya terukir pada
masa setelah senja
Pada malam cinta,
senyap malam menyelimuti perjuangan peradaban.
Mengikat disetiap embun yang membasahi rerumputan.
Kutuai kata disamping bulan, agar sinarnya
kelak hinggap di matahari.
Untuk mengabarkan kepada dunia, bahwa malam itu
adalah malam abadi.
Dengan angan dan cinta menggantung disetiap rantingnya.
Kamar kotak 27 april 2014
“TENTANG CINTA DIUJUNG RASA”
Apa yang
telah kita ukir dalam kenangan
terkadang melambai jauh meninggalkan
waktu sambil mengendarai kisah
terkadang melambai jauh meninggalkan
waktu sambil mengendarai kisah
Ia bergerak menghembus jauh
yang berbekas luka dalam bingkai senyum
yang seolah mengejek diriku
dengan seutas luka jeratan dalam kalbu
yang berbekas luka dalam bingkai senyum
yang seolah mengejek diriku
dengan seutas luka jeratan dalam kalbu
Disudut ruang, aku mulai melihat sebuah
titik yang membiaskan senyuman
Seolah menghempas mundur setiap detik saat kumilki
satu tangan hati yang mengikat cintaku
titik yang membiaskan senyuman
Seolah menghempas mundur setiap detik saat kumilki
satu tangan hati yang mengikat cintaku
Engkau hadir dari rapuhnya cintaku
oleh pukulan luka lama yang tak pernah kering
oleh pukulan luka lama yang tak pernah kering
Perlahan hatimu menjaring
diatas perih yang membungkus dermis yang tertikam
diatas perih yang membungkus dermis yang tertikam
Kini aku hidup dengan denyut nadimu
bahasa bibirmu bagaikan degub jantungku
yang terlempar disetiap kata
bahasa bibirmu bagaikan degub jantungku
yang terlempar disetiap kata
Saat separuh hidupku adalah dirimu
dimana tawamu menggaris disudut bibirku
juga hariku dipenuhi keindahan namamu
dimana tawamu menggaris disudut bibirku
juga hariku dipenuhi keindahan namamu
Engkau menghempasku jauh
Meluluhlantahkan rumah cinta yang kubangun dari air mata
Kau melemparku keluar dari daya ingatmu
Mencekik hatiku lalu merampas keluar melalu ubun-ubun
Meluluhlantahkan rumah cinta yang kubangun dari air mata
Kau melemparku keluar dari daya ingatmu
Mencekik hatiku lalu merampas keluar melalu ubun-ubun
Aku tak berdaya saat melihat ragaku
melompang kaku ditengah kesunyian
kini hidupku adalah kematian dalam cinta
melompang kaku ditengah kesunyian
kini hidupku adalah kematian dalam cinta
Aku menulis dari tinta air mata
tentang cinta diujung rasa
tentang cinta diujung rasa
“SAJAK KERINDUAN”
Hingar bingar bisikan
melempar kata dengan harap fana
melawan silau api
yang selalu membakar suasana
melempar kata dengan harap fana
melawan silau api
yang selalu membakar suasana
Ditengah sela kursi
ada seorang pemuda yang penuh harap
mencari serpihan hati yang menggores cinta
menari selatan utara
menebar pandangan kepada kepala bergoyang
menyiar radar luka yang redup
ada seorang pemuda yang penuh harap
mencari serpihan hati yang menggores cinta
menari selatan utara
menebar pandangan kepada kepala bergoyang
menyiar radar luka yang redup
Awan menghitam
menutupi cahaya bulan
hingga kuredup asa hilang dari cahayanya yang kurindu
hilang ditengah lautan jiwa
menutupi cahaya bulan
hingga kuredup asa hilang dari cahayanya yang kurindu
hilang ditengah lautan jiwa
Ribuan senyum menghantam jiwaku
saat ku menerka sisa rupamu yang kuingat
penuh bahagia, namun bukan mereka yang kuingat
saat ku menerka sisa rupamu yang kuingat
penuh bahagia, namun bukan mereka yang kuingat
“GELAPKAN CAHAYAKU”
Dimalam gigil sunyi senyap
Aku duduk disamping sebuah bulan
Menatap barisan semut bercakap
Menerka dialog mereka akan situasi
Dan membahasakan sebuah arti cinta
Aku duduk disamping sebuah bulan
Menatap barisan semut bercakap
Menerka dialog mereka akan situasi
Dan membahasakan sebuah arti cinta
Mereka beradu dengan
syarat
untuk melempar ceramah sunyi
Berdialog dengan malam
Tentang sepotong hati yang kutinggal pergi
untuk melempar ceramah sunyi
Berdialog dengan malam
Tentang sepotong hati yang kutinggal pergi
Malam ini
Kurungkai niat bodoh langkahku
Meninggalkan hati untuk dicaci
Sementara ragaku membusuk terbungkus tulang
Ditinggal cinta untuk membunuh rindu
Kurungkai niat bodoh langkahku
Meninggalkan hati untuk dicaci
Sementara ragaku membusuk terbungkus tulang
Ditinggal cinta untuk membunuh rindu
Esok jika ku kembali
Akan kukabarkan rinduku pada bintang
Dan kuterobos jarak yang kau bending
Untuk menanyakan kembali cintaku
Yang kutinggal sekarat
Akan kukabarkan rinduku pada bintang
Dan kuterobos jarak yang kau bending
Untuk menanyakan kembali cintaku
Yang kutinggal sekarat
Kusujud dalam dekapmu
Dengan seribu luka hitam sesalku
Untuk menagih sepercik janji
Yang kau kabarkan pada bintang
Hingga bulan gelapkan cahayaku
Dengan seribu luka hitam sesalku
Untuk menagih sepercik janji
Yang kau kabarkan pada bintang
Hingga bulan gelapkan cahayaku
“TERBANGLAH
SAYANG”
Merpatiku,
Akan ada tanya setelah masa berlalu
Tanya ketersesatan dalam ruang pikirku
Akan ada tanya setelah masa berlalu
Tanya ketersesatan dalam ruang pikirku
Masihkah kau
Sesetia May Ziadah
Seteguh Aufa Riany
Sesabar Zahrana
Seceria lyliana
Sepandai Layla, dan
Seanggun Juliette?
Sesetia May Ziadah
Seteguh Aufa Riany
Sesabar Zahrana
Seceria lyliana
Sepandai Layla, dan
Seanggun Juliette?
Jika tidak,
maka aku bukanlah pelupuk indah dalam kisah
Aku hanya berjelaga dalam sanubari
maka aku bukanlah pelupuk indah dalam kisah
Aku hanya berjelaga dalam sanubari
Terbanglah merpatiku
Karena ku tak mampu membendung
Embun dalam indramu
Karena ku tak mampu membendung
Embun dalam indramu
Kau salah tanggap
Aku anounymous dalam senyum mimpimu
Aku anounymous dalam senyum mimpimu
Kepakkan sayapmu
Jika kau lelah
Berteduhlah pada hati yang menarik
Memayungi dari hujan
Akan luka
Jika kau lelah
Berteduhlah pada hati yang menarik
Memayungi dari hujan
Akan luka
Putih, bergegaslah
Sekarang kau bebas
Sekarang kau bebas
Bundaran
Phinisi Bulukumba 26-10-2013
“PHINISI
DALAM PUSARAN”
Aku bangga akan kotaku
disini ku dibesarkan oleh bendaran politik burik
Dididik dari sisa pelaut ukung
hungga kutuang arah panah pulauku kedalam otak
saat kubelajar mengeja aksara
disini ku dibesarkan oleh bendaran politik burik
Dididik dari sisa pelaut ukung
hungga kutuang arah panah pulauku kedalam otak
saat kubelajar mengeja aksara
Aku tumbuh seiring jauh
mata memandang
Di bumi panrita lopi
Berlayar mengarungi pergeseran periode
dijemari bapak eksekutif pengumbar janji
Di bumi panrita lopi
Berlayar mengarungi pergeseran periode
dijemari bapak eksekutif pengumbar janji
Pijakan kakiku
mengantarkan pada sejarahmu
sebatang sejarah yang tak terusik lagi
entah mengapa ibuku berhenti mendongeng tentangmu lagi
sebatang sejarah yang tak terusik lagi
entah mengapa ibuku berhenti mendongeng tentangmu lagi
Janinmu melahirkan bocah
berbusana tak lengkap
kecantikan kukumu tak terawat lagi
langkahmu kini tak jelas
mungkin kau terinspirasi oleh kura-kura ninja
kecantikan kukumu tak terawat lagi
langkahmu kini tak jelas
mungkin kau terinspirasi oleh kura-kura ninja
Wahai phinisi
kau tak lagi berlayar, tetapi berjual
kau tak lagi berlayar, tetapi berjual
“HAK
RAKYAT”
Pilihanku adalah wujud
Konsisten jiwa dan nuraniku
Karena doktrinmu tak
Sedikitpun mengoyahkan hatiku
Meski akal mengangguk tunduk patuh
Konsisten jiwa dan nuraniku
Karena doktrinmu tak
Sedikitpun mengoyahkan hatiku
Meski akal mengangguk tunduk patuh
Kewajiban kalian hanya
berujung pada
Proses sistemis kedudukanmu
Karena kalian sendiri yang
Mementaskan kebijaksanaan untuk menggapai
dukungan masyarakat
Adalah dengan cara kotor kalian
Proses sistemis kedudukanmu
Karena kalian sendiri yang
Mementaskan kebijaksanaan untuk menggapai
dukungan masyarakat
Adalah dengan cara kotor kalian
Tapi, dukungan?
Tak bisa kamu patahkan.
Tak bisa kamu patahkan.
Kewajiban kalian hanya
membentuk
aturan yang berasal dari hati kami
Karena kami tahu apa makanan kami
Bukan alur yang ulur kehadapan
kami untuk menidurkan mereka disana
aturan yang berasal dari hati kami
Karena kami tahu apa makanan kami
Bukan alur yang ulur kehadapan
kami untuk menidurkan mereka disana
Kami butuh, tapi tidak
dengan kalian
Kamu wajib melebarkan telinga
Karena kuncimu ada pada kami
Pun materimu, mahkota yang selalu kau kibaskan
Kamu wajib melebarkan telinga
Karena kuncimu ada pada kami
Pun materimu, mahkota yang selalu kau kibaskan
Titik simpulmu ada dikami
kunci kursimu pun ada pada kami
kunci kursimu pun ada pada kami
Maka engkau wajib tunduk
pada kami
Karena kami adalah Rakyat
Karena kami adalah Rakyat
“POLITISI
DIMATA RAKYAT”
Politisi…
Pemilik bingkai diujung jalan
Pemilik puisi melintang dijalan
Pemilik masa diruang tamu
Pemilik bingkai diujung jalan
Pemilik puisi melintang dijalan
Pemilik masa diruang tamu
Sepatunya melangkang
kedesa
Melambai tangan dengan senyum
Berwujud rapi dengan setelan impor
Ditengah baju kusut
Melambai tangan dengan senyum
Berwujud rapi dengan setelan impor
Ditengah baju kusut
Bercerah…
mengumumkan keadaan yang baik saja
Dan optimis menang
Berujung janji-janji manis
mengumumkan keadaan yang baik saja
Dan optimis menang
Berujung janji-janji manis
Semua politisi mencintai
rakyat
ikhlas berbagi dimasa kampanye
menyumbang logistic kepada fakir
Untuk membangun desa
Begitu katanya
ikhlas berbagi dimasa kampanye
menyumbang logistic kepada fakir
Untuk membangun desa
Begitu katanya
Politisi suka silaturahmi
Suka khalayak ramai
Dan Baliho
Banner
Kartu edaran
Dan kalender
Dan songkok
Baju
Mukenah
Sembako
Dan uang
Semua untuk rakyat
Suka khalayak ramai
Dan Baliho
Banner
Kartu edaran
Dan kalender
Dan songkok
Baju
Mukenah
Sembako
Dan uang
Semua untuk rakyat
Dikerumunan sayup
terdengar teriakan
“Rakyat mesti bersatu demi
pembangunan dan kesejahteraan, dan sayalah yag akan mengaturnya di dewan”
sebelum ia menghilang selamanya
sebelum ia menghilang selamanya
Politisi hanya tahu
kedudukan dengan uang, sedang rakyat?
hanya tahu uang untuk dukungan
Maka demokrasi tak lebih
Dari pasar Cekkkeng
hanya tahu uang untuk dukungan
Maka demokrasi tak lebih
Dari pasar Cekkkeng
Memang tanpa mereka
Takkan ada penyambung lidah rakyat
Jadi terpaksa mereka jadi diktor
Karena ulah rakyat sendiri
Takkan ada penyambung lidah rakyat
Jadi terpaksa mereka jadi diktor
Karena ulah rakyat sendiri
Lalu, kubacakan puisiku
didepan orang tuaku
Dan ia pun berkata:
Dan ia pun berkata:
Tulislah sajak tentang pemandangan
gunung
dan laut yang sering kau datangi dengan temanmu
dan laut yang sering kau datangi dengan temanmu
Pelataran RCA 05-11-2013
“MERPATIKU”
Oh… Merpatiku
Tiupan angin membawa senyummu
Masuk menusuk kehamparan hatiku
Gemuruh ombak membiaskan amarah kita
Tiupan angin membawa senyummu
Masuk menusuk kehamparan hatiku
Gemuruh ombak membiaskan amarah kita
Sejenak kuterdiam
Menatap bebatuan yang terkubur pasir
Dan menenggelamkan semua tragedi cinta
Menatap bebatuan yang terkubur pasir
Dan menenggelamkan semua tragedi cinta
Bibir air di pantai tak
henti menggaris
Setiap kisah pasti ada pasang surut
Setiap kisah pasti ada pasang surut
Senja pun turun
tenggelam diantara awan tipis
Sinarku pun turut bersamanya
Cahaya pun perlahan redup
Sesekali silau
Menandakan kau riang setelah tangismu
tenggelam diantara awan tipis
Sinarku pun turut bersamanya
Cahaya pun perlahan redup
Sesekali silau
Menandakan kau riang setelah tangismu
Maafkan aku cinta
Sedihmu kubuat pena
Yang tintanya dari embun diujung matamu
Sedihmu kubuat pena
Yang tintanya dari embun diujung matamu
Merpatiku...
Kesetiaanku teriring setiamu
Kesetiaanku teriring setiamu
“MY
MISSING RAINBOW”
Kurindu pelangiku
Yang hilang seiring tumbuh cahaya lain
Ujarnya yang tulus
Tanpa sengaja kubias cahaya hati lain
Hingga matanya menghujani sesasku
Yang hilang seiring tumbuh cahaya lain
Ujarnya yang tulus
Tanpa sengaja kubias cahaya hati lain
Hingga matanya menghujani sesasku
Kepada pelangi
Ijinkan aku menerobos rindu
Yang kau bendung
Maaf jika mengusikkan
Hanya saja keliaran hatiku menderu
Pada sepotong senyum yang kau
hamparkan pada hatiku yang
seketika sunyi kala itu
Ijinkan aku menerobos rindu
Yang kau bendung
Maaf jika mengusikkan
Hanya saja keliaran hatiku menderu
Pada sepotong senyum yang kau
hamparkan pada hatiku yang
seketika sunyi kala itu
Warnamu menjelma kasih
Namun kau terbang di timur panas
Akan ikatan yang kuleleh itu
Namun kau terbang di timur panas
Akan ikatan yang kuleleh itu
Dan lurus ucapmu senja itu
Akan kembali bercahaya dalam dadaku
Akan kembali bercahaya dalam dadaku
Dan jika itu indah,
Maka aku maknai
Cinta kembali
Maka aku maknai
Cinta kembali
“RAPUH”
Diujung kata malam itu
akan ada pisau yang menyayat
Yang kau hantarkan ke hati kita
Tikaman lembut tanda perpisahan
Akhir kataku menutup jalinan kita
Saat William Forester meninggalkan cintanya
akan ada pisau yang menyayat
Yang kau hantarkan ke hati kita
Tikaman lembut tanda perpisahan
Akhir kataku menutup jalinan kita
Saat William Forester meninggalkan cintanya
Hatiku bagai pasir di
mandala ria
Suci dan putih namun terabaikan
Cintaku bagai batu taha
Kuat dan kokoh namun teriris air cintamu
Suci dan putih namun terabaikan
Cintaku bagai batu taha
Kuat dan kokoh namun teriris air cintamu
Aku hanya bias air
ditengah jalan
Nampak nyata
Namun palsu
Nampak nyata
Namun palsu
Salahkan aku
Setelah kau Tanya hatiku
Setelah kau Tanya hatiku
“UJUNG
LOE”
Nyiur melambai diemperan
empang
Memanggil bangau dibawah awan
Saat angin bertiup sepoi
Yang seketika hilang saat senja berlari
Memanggil bangau dibawah awan
Saat angin bertiup sepoi
Yang seketika hilang saat senja berlari
Embun pagi menetes disela
padi
Membahasahi jejak kaki kuda
Menulis sajak kesejahteraan
Dalam hidup bermasyarakat
Membahasahi jejak kaki kuda
Menulis sajak kesejahteraan
Dalam hidup bermasyarakat
Saat aku berjalan
dipematang sawah
Memberi kesaksian dialam asri
Menuai padi yang menguning
Belajar pada cangkul dan arit
Mencatat sejarah hidup
Menjadi anak petani ulung
Memberi kesaksian dialam asri
Menuai padi yang menguning
Belajar pada cangkul dan arit
Mencatat sejarah hidup
Menjadi anak petani ulung
Langkah awal dari hasil
gabah
Gairah hidup bergejolak
Memberi pena dari hasil sawah
Untuk menulis sejarah setinggi langit
Gairah hidup bergejolak
Memberi pena dari hasil sawah
Untuk menulis sejarah setinggi langit
“SARJANA
PASAR”
Kadang hidup adalah sebuah
kesalahan besar
berdiri diantara puing kehancuran
Sembari menikmati hari
dengan sisa yang ada
berdiri diantara puing kehancuran
Sembari menikmati hari
dengan sisa yang ada
Terpelajar dari pedagang
Formalitas
Bercermin pada kaca buram
Yang ia sendiri tak punya bentukan tangan
Bercermin pada kaca buram
Yang ia sendiri tak punya bentukan tangan
Disanalah gembala
Penggores budaya
Tersenyum dengan luka tikam punggung
Darah lari berputar dalam pagar
Penggores budaya
Tersenyum dengan luka tikam punggung
Darah lari berputar dalam pagar
Tertawalah,
Tempatmu dipasar
Tempatmu dipasar
Bagimu,
Kesalahan hanyalah bayangan kebenaran
Belajar cerdas, bukan kaya
Kesalahan hanyalah bayangan kebenaran
Belajar cerdas, bukan kaya
“CATATAN
CINTA SANG KSC”
Tiap detik ada saja
merpati putih
Hinggap dipundak sang kesatria
Menagih senyum untuk ngantri cinta
Hinggap dipundak sang kesatria
Menagih senyum untuk ngantri cinta
Beberapa rayuan kucing
Tanpa sungkan menengadah saying penyair
Yang mengigit pena
Tanpa sungkan menengadah saying penyair
Yang mengigit pena
Sang kesatria berujar
Kuberikan secuil senyum lalu terbanglah
Hinggap pada hati yang memanggilmu
Kau takkan faham cintaku
Sehari berbunga, esok telah bangkai
Hari ini kuajak kau ke bulan
Esok sosokmu akan terhempas ke bumi
Kuberikan secuil senyum lalu terbanglah
Hinggap pada hati yang memanggilmu
Kau takkan faham cintaku
Sehari berbunga, esok telah bangkai
Hari ini kuajak kau ke bulan
Esok sosokmu akan terhempas ke bumi
Harap palsu untuk
kukatakan cinta
Kecuali penaku habis
Namun itu tak semasa
Kecuali penaku habis
Namun itu tak semasa
Pulanglah kehatimu yang
dulu juga hidupmu
Jangan hinggap dipundakku lagi
Jangan hinggap dipundakku lagi
“SEPOTONG
SENYUM KASUSO”
Hamparan cahaya menusuk
kalbu
Jaring menebar pengais rejeki
Tatkala senja termakan air
Di desa kumuh tak terlirik
Jaring menebar pengais rejeki
Tatkala senja termakan air
Di desa kumuh tak terlirik
Engkau menyimpan sekotak
misteri
Dan segudang kisah
Yang dikabarkan moyang
Dalam sebuah kotak Pandora
Dan segudang kisah
Yang dikabarkan moyang
Dalam sebuah kotak Pandora
Semburat sinar memancar
disela batu taha
Hijau segar dalam batu menggunung
Dibawah tumpukan tulang belulang
Membisu dengan sejarahnya
Hijau segar dalam batu menggunung
Dibawah tumpukan tulang belulang
Membisu dengan sejarahnya
Kukabarkan pada matahari
Yang membawa sinar pada baju berdasi
Bahwa ada sepotong senyum di kasuso
Bagai mutiara dalam kerang
Yang membawa sinar pada baju berdasi
Bahwa ada sepotong senyum di kasuso
Bagai mutiara dalam kerang
”SENIMAN
LACI”
Coretmu bolak balik tak bertambah
Karya nurani dibalik kotak
Menggaris nyata
Dalam sebuah kertas tua
Karya nurani dibalik kotak
Menggaris nyata
Dalam sebuah kertas tua
Garismu berkelok tergambar
wajah
Wajah sesal nan miris penuh harap
Saat panahmu patah, dan sekarang
di kota ini kau tak punya kanvas
Wajah sesal nan miris penuh harap
Saat panahmu patah, dan sekarang
di kota ini kau tak punya kanvas
Memoles kuas kelam
Menarik garis dendam dibingkai kayu
Mengukir sketsa wajah yang pernah usai
Berharap cahaya menyelesaikannya
Paling tidak,
Memegang tanganmu menuntun coretan
Pada sebuah lukisan kusam kehidupan
Yang sepertinya itu kau
Menarik garis dendam dibingkai kayu
Mengukir sketsa wajah yang pernah usai
Berharap cahaya menyelesaikannya
Paling tidak,
Memegang tanganmu menuntun coretan
Pada sebuah lukisan kusam kehidupan
Yang sepertinya itu kau
“POLITIK
PRAKTIS”
Detik ini kurungkai
pandangan logis
Mengurai kebejatan pesta demokrasi
Ditengah selangkangan penjilat partai
Yang bermandikan materi
Mengurai kebejatan pesta demokrasi
Ditengah selangkangan penjilat partai
Yang bermandikan materi
Prospek keagamaan yang
berlandaskan kemunafikan
Bergotong berantai menarik materi dalam lembah
Bergotong berantai menarik materi dalam lembah
Uang
Senyum
Uang
Jadi
Uang
Sayang
Uang
Uang
Pilih
Senyum
Uang
Jadi
Uang
Sayang
Uang
Uang
Pilih
Politik
Pesta neraka
Pesta neraka
Penuh dosa